Ulasan Singkat Sejarah Masjid Jogokariyan Jogjakarta
Sejarah masjid Jogokariyan – Masjid Jogokariyan memiliki sejarah yang kaitannya sangat erat dengan organisasi Islam besar di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Masjid ini menjadi magnet tersendiri yang membuatnya ramai di kunjungi oleh jamaah. Masjid, yang selalu ramai dengan jamaah sholat lima kali adalah daya tarik utama bagi banyak umat Islam di luar Kampung Jogokariyan untuk tahu dan belajar mencapai kesejahteraan masjid.
Selain itu, selama bulan Ramadhan, masjid Jogokariyan Muhammadiyah mendekati buka puasa ini selalu ramai karena Takmir Masjid Jogokariyan setiap hari ini selalu membagikan 3000 makanan untuk berbuka puasa gratis. Belum lagi banyak cemilan dijajakan oleh orang-orang di sekitar masjid menambah depan suasana kerumunan untuk berbuka puasa Ramadhan. Dengan demikian, pengunjung merasakan suasana yang Islami Kampung Jogokariyan.
Keberhasilan masjid ini menjadi ramai tidak terjadi dalam waktu singkat. Sudah puluhan tahun propaganda di Kampung Jogokariyan jadi kondisi seperti saat ini. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari organisasi Muhammadiyah lembaga yang dimulai pelopor propaganda di Kampung Jogokariyan pembangunan masjid sebagai pusat pembinaan kepada masyarakat sekitar pada saat itu, kondisi ini sangat jauh dari ajaran-ajaran Islam. Tentu saja, hari itu, ada orang-orang yang mengatakan perubahan Kampung Jogokariyan adalah dikarenakan adanya Masjid Jogokariyan Muhammadiyah.
Sejarah Masjid Jogokariyan
Kampung Jogokariyan di tahun 60 dikenal sebagai kampung abangan, yaitu sebagian besar masih melakukan hal yang tidak baik menurut agama yaitui membuat ritual Kejawen ritual dan jauh dari ajaran Islam. Ditambah dengan kondisi ekonomi Zakat sebagian besar sebagai pekerja atau buruh. Kondisi ini menjadi masuknya rumah komunisme disebabkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), sehingga basis Kampung Jogokariyan PKI sampai pecahnya 30 September 1965. Banyak orang di sana yang jadi mengambil kamera tersangka.
Pengusaha batik Haji Jazuri pertama kali ide untuk mendirikan sebuah masjid di Kampung Jogokariyan. Kemudian ide itu disampaikan kepada masyarakat dan tokoh agama yang memiliki pelatihan di Muhammadiyah dan Masyumi, yaitu Zarkoni Abdul Manan, Haji Amin Kata Hadi Sutarno Hadis, Kanjeng Raden Tumenggung Widyodiningrat dan Margono
Tujuan Mendirikan Masjid Di Jogokariyan
1.Kampung Jogokariyan memang belum memiliki masjid
2.Masjid untuk menyediakan tempat ibadah bagi pekerja dan warga di sana. Kemudian membuat masjid sebagai sarana dakwah.
Akhirnya, mereka bersama-sama mengumpulkan dana untuk membeli tanah diwakafkan untuk membangun sebuah masjid, masjid diwakafkan ke Muhammadiyah. Pembangunan masjid yang dilakukan selama dua tahun setelah diresmikan oleh Presiden Muhammadiyah Regional Executive Yogyakarta. Masjid sederhana pada waktu itu belum dialiri listrik, belum ada juga jam digital masjid, karena listrik belum masuk Kampung Jogokariyan.
Awalnya, aktivitas masjid, itu adalah penolakan dari orang-orang yang selalu seperti ritual Jawa, tetapi dengan kesabaran dan kesungguhan, kemudian secara bertahap, panggilan yang dibuat oleh berbuah Muhammadiyah Masjid Dewan Jogokariyan. Pelatihan anak-anak yang orangtuanya ditangkap karena berpartisipasi dalam CPI, dengan partisipasi dari mahasiswa Institut Islam Nasional (IAIN) Sunan Kalijaga (UIN Sunan Kalijaga sekarang) untuk mengajar membaca Al Quran dan berdoa. Kemudian, setelah anak-anak ini dan pemahaman agama, mereka propaganda kepada orang tuanya yang telah dibebaskan.